SELAMAT DATANG di Blog Orthopaedi, Kami akan menyediakan berbagai informasi tentang bedah tulang di indonesia dan dunia, serta Sarana Konsultasi Gratis
Rabu, 16 Mei 2012
Jumat, 04 Mei 2012
Growth Factors
Semua patah tulang akan mengalami proses healing, akan
tetapi diperkirakan 5% to10% dari patah tulang mengalami hambatan dalam proses
healing atau bahkan gagal menjadi union. Patah tulang tertentu mempunyai
masalah cukup besar, termasuk diantaranya patah tulang terbuka pada tibia,
humerus, dan femur proksimal. Hal
ini menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan dan beban bagi pasien.
Kemajuan yang cukup pesat telah dibuat dalam memahami penyembuhan patah
tulang hingga pada tingkat molekul. Mulai
tahun 1965, dengan ditemukannya protein morphogenetic tulang (bone morphogenetic
protein/bmp) oleh Marshall Urist, ahli bedah dan ilmuwan telah berpikir untuk menerapkan
faktor pertumbuhan (growth factors) untuk meningkatkan proses penyembuhan
tulang. Hal
ini menyebabkan dikomersialkannya 2 macam Tulang morphogenetic protein (bmp).
Tulang morphogenetic protein telah disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan dalam prosedur fusi tulang belakang
tertentu dan untuk pengobatan patah tulang shaft tibia. Tulang morphogenetic
protein, juga dikenal sebagai osteogenic protein-1 ( OP-1),
telah menerima izin untuk digunakan pada manusia terutama pada patah tulang yang
mengalami gagal menjadi union. Harga pasar produk ini adalah sekitar US $
5.000, hal ini telah meningkatkan biaya per kasus.
Dalam penggunaan pada fusi tulang belakang, biaya BMP telah ditetapkan sebagai kelompok diagnostik
pembayaran Medicare (DRG) terkait. Ini
berarti bahwa biaya tambahan produk akan diteruskan ke asuransi pemerintah,
bukannya diserap oleh rumah sakit sebagai beban tambahan. Saat
ini, pembayaran untuk faktor-faktor pertumbuhan yang cukup mahal oleh asuransi
masih dinegosiasikan.
Tren di masa mendatang masih dilakukan penelitian penggunaan
faktor pertumbuhan dalam bentuk injeksi perkutan dan 'koktail' kombinasi dari
pertumbuhan factors. Penggunaan perkutan akan mengurangi biaya per kasus,
karena tambahan biaya prosedur operasi akan dihilangkan dan rawat inap juga
berkurang atau dihilangkan. Jika
ahli bedah ortopedi melakukan penggunaan perkutan, penggunaannya akan dapat digunakan
pada kasus di mana pengobatan mungkin tidak sesuai atau ideal. Penggunaan
Thecombined lebih dari faktor pertumbuhan tunggal akan mengakibatkan
peningkatan biaya.
Faktor pertumbuhan juga sedang dipelajari untuk peran
dalam memperbaiki tulang rawan yang rusak-sebuah zat yang, tidak seperti
tulang, memiliki kemampuan terbatas untuk memperbaiki setelah kerusakan. Selain
itu, faktor pertumbuhan sedang diselidiki sebagai bagian dari studi yang sedang
berlangsung regenerasi jaringan di banyak area anatomi.
Rabu, 25 April 2012
PLATELET-KAYA PLASMA (PRP)
Selama beberapa tahun terakhir, banyak
yang telah ditulis tentang persiapan yang disebut platelet-kaya plasma (PRP)
dan efektivitas potensinya dalam pengobatan luka. Atlet terkenal - Tiger Woods,
bintang tenis Rafael Nadal, dan beberapa orang lainnya - telah menerima PRP
untuk berbagai masalah, seperti lutut terkilir dan cidera tendon kronis. Jenis
kondisi biasanya telah diobati dengan obat, terapi fisik, atau bahkan operasi. Beberapa
atlet telah mendapatkan PRP untuk dapat kembali lebih cepat untuk kompetisi.
Meskipun
PRP telah menerima publisitas yang luas, masih ada pertanyaan yang tersisa
tentang hal itu, seperti:
1. Apa
sebenarnya kaya trombosit plasma?
2. Bagaimana
cara kerjanya?
3. Apa
kondisi sedang dirawat dengan PRP?
4. Apakah
perawatan PRP efektif?
1.
Apa kaya trombosit Plasma (PRP)?
Darah
terutama berisi cairan (disebut plasma), akan tetapi darah juga mengandung
komponen padat kecil (sel darah merah, sel darah putih, dan platelet). Platelet
yang terbaik dikenal digunakan dalam pembekuan darah. Namun,
trombosit juga mengandung ratusan protein yang disebut faktor pertumbuhan yang sangat penting dalam
penyembuhan luka. PRP adalah plasma dengan platelet yang lebih banyak dari yang
biasa ditemukan dalam darah. Konsentrasi
trombosit dalam hal ini konsentrasi
faktor pertumbuhan dapat meningkat 5
hingga 10 kali lebih besar (atau lebih kaya) dari biasanya. Untuk mempersiapkan
PRP, pertama darah diambil dari pasien. Trombosit
dipisahkan dari sel-sel darah lainnya dan konsentrasi mereka meningkat selama
proses yang disebut sentrifugasi. Kemudian
peningkatan konsentrasi trombosit dikombinasikan dengan darah yang tersisa.
2.
Bagaimana PRP Bekerja?
Meskipun tidak jelas bagaimana PRP bekerja, studi laboratorium
telah menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi faktor pertumbuhan dalam PRP
berpotensi dapat mempercepat proses penyembuhan. Untuk mempercepat penyembuhan,
tempat cidera diperlakukan dengan persiapan PRP. Hal ini dapat dilakukan
dalam satu dari dua cara:
• PRP
dapat dengan hati-hati disuntikkan ke daerah cidera. Sebagai
contoh, di Achilles tendonitis, kondisi sering terlihat pada pelari dan pemain
tenis, tendon tumit bisa menjadi bengkak, meradang, dan nyeri. Campuran
PRP dan anestesi lokal dapat disuntikkan langsung ke dalam jaringan yang meradang.
Setelah
itu, rasa sakit pada daerah injeksi sebenarnya dapat meningkatkan untuk minggu
pertama atau kedua, dan mungkin beberapa minggu sebelum pasien merasa efek yang
menguntungkan.
• PRP
juga dapat digunakan untuk meningkatkan penyembuhan setelah operasi untuk
beberapa cidera. Misalnya,
seorang atlet dengan tendon tumit benar-benar sobek mungkin memerlukan
pembedahan untuk memperbaiki tendon. Penyembuhan
dari tendon yang robek mungkin dapat ditingkatkan dengan memperlakukan daerah
luka dengan PRP selama operasi. Hal
ini dilakukan dengan menyiapkan PRP dengan cara khusus yang memungkinkan untuk
benar-benar dijahit ke dalam jaringan robek.
3.
Apa Kondisi yang sering dirawat dengan PRP? Apakah itu Efektif?
Studi
penelitian saat ini sedang dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan
PRP. Pada
saat ini, hasil studi ini tidak dapat disimpulkan karena efektivitas terapi PRP
dapat bervariasi. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan PRP meliputi:
•
Daerah tubuh yang sedang dirawat
•
Kesehatan keseluruhan pasien
•
Apakah cidera akut (seperti dari jatuh) atau
kronis (cidera berkembang dari waktu ke waktu)
Cidera Tendon
Kronis
Menurut studi penelitian saat ini
dilaporkan, PRP adalah yang paling efektif dalam pengobatan cidera tendon kronis,
terutama pada pasien dengan tennis elbow dimana cidera sangat umum pada tendon
di bagian luar siku.
Suntikan PRP digunakan untuk mengobati
tennis elbow
Penggunaan PRP pada cidera tendon
kronis lainnya seperti tendonitis Achilles kronis atau peradangan pada tendon
patela pada lutut (lutut jumper ini) cukup menjanjikan. Namun,
sulit untuk mengatakan bahwa terapi PRP adalah lebih efektif daripada
pengobatan tradisional.
Cidera Ligamen
Dan Otot Akut
Sebagian besar terapi PRP telah dikenal
pada pengobatan cidera olahraga akut, seperti ligamen dan cidera otot. PRP
telah digunakan untuk mengobati atlet profesional dengan cidera olahraga umum
seperti otot hamstring menarik di paha dan lutut terkilir. Walaupun
belum ada bukti ilmiah yang pasti, akan tetapi terapi PRP benar-benar
meningkatkan proses penyembuhan dalam berbagai jenis cidera.
Operasi
Baru-baru ini, PRP telah digunakan dalam
beberapa jenis operasi untuk membantu menyembuhkan jaringan. Hal
ini untuk pertama kalinya PRP dianggap bermanfaat dalam operasi bahu yang
bertujuan untuk memperbaiki tendon yang robek manset rotator. Namun,
hasil sejauh ini menunjukkan manfaat yang kecil atau bahkan tidak bermanfaat
ketika PRP digunakan dalam jenis prosedur bedah. Operasi untuk memperbaiki
ligamen lutut robek, terutama ligamen anterior (ACL) merupakan area dimana PRP
telah diterapkan.
Arthritis
Lutut
Beberapa penelitian awal yang
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas PRP dalam pengobatan lutut rematik. Hal
ini masih terlalu dini untuk menentukan apakah ini bentuk pengobatan akan lebih
efektif daripada metode pengobatan saat ini.
Fraktur/Patah Tulang
PRP telah digunakan dalam cara yang
sangat terbatas untuk mempercepat penyembuhan patah tulang. Sejauh ini,
tidak menunjukkan manfaat yang signifikan.
Kesimpulan
Pengobatan dengan platelet-kaya plasma
mempunyai peluang besar. Hingga
saat ini, studi penelitian untuk mendukung klaim di media masih kurang. Meskipun
PRP tidak muncul untuk menjadi efektif dalam pengobatan cidera tendon kronis
pada siku, komunitas medis perlu lebih banyak bukti ilmiah sebelum dapat
menentukan apakah terapi PRP benar-benar efektif dalam kondisi lain.
Meskipun keberhasilan terapi PRP masih
dipertanyakan, risiko yang terkait dengan itu adalah minimal: meningkatnya rasa
sakit di tempat suntikan, adapun kejadian lainnya adalah infeksi,
kerusakan jaringan, cidera saraf, tampaknya tidak ada perbedaan dengan
penggunaan suntikan
kortison.
Jika Anda mempertimbangkan
pengobatan dengan PRP, pastikan untuk memeriksa apakah Anda memenuhi
persyaratan dengan operator asuransi kesehatan Anda.
Beberapa
asuransi, termasuk asuransi kompensasi untuk pekerja, hanya memberikan
penggantian parsial.Jumat, 20 April 2012
Aplikasi terapi gen pada pengobatan osteoarthritis
Pada saat cidera terjadi pada tulang rawan artikular,
kemampuan untuk memperbaikinya sangatlah
terbatas. Prosedur terapi bedah untuk perbaikan tulang rawan
ada dan secara klinis
bermanfaat, tetapi, meskipun kemajuan yang telah dicapai,
mereka tidak dapat mengembalikan permukaan artikular normal. Itulah sebabnya penelitian saat ini berfokus pada
peningkatan jumlah reagen
bioaktif yang dapat
bertindak dan memodifikasi proses perbaikan. Sebagai agen ini terutama terdiri dari
protein dan asam nukleat,
sulit untuk mengelola secara
efektif. Akibatnya, pendekatan pemindahan gen
sedang dikembangkan, sehingga agen ini disintesis di lokasi yang sesuai.
Regenerasi tulang rawan artikular dapat diperoleh melalui pengiriman gen terapeutik ke sinovium, atau langsung ke lesi tulang rawan. Sel-sel dari lapisan sinovial umumnya lebih disukai sebagai sel target untuk pendekatan chondroprotective, berdasarkan ekspresi anti-inflamasi mediator. Dalam sisa kasus, di mana targetnya adalah cacat tulang rawan, transfer gen dapat dicapai dengan baik dengan meletakkan sumber langsung ke sel yang terletak pada atau di sekitar cacat, atau dengan transplantasi sel chondrogenic genetik dimodifikasi menjadi cacat. Telah ditunjukkan bahwa pengiriman lokal cDNA eksogen encoding faktor pertumbuhan ke tempat kerusakan tulang rawan adalah realistis. Selain itu, faktor pertumbuhan yang diekspresikan pada tingkat terapi di situs tersebut. Hal yang paling menarik adalah bahwa jaringan tulang rawan hialin yang mengalami perbaikan lebih mirip disintesis ketika tingkat ekspresi gen yang memadai tercapai. Ulasan ini menyajikan status terkini dari terapi gen untuk penyembuhan tulang rawan dan menunjukkan peran potensial dalam terapi osteoarthritis.
jurnal lengkapnya bisa di lihat dialamat ini : http://www.jortho.org/2012/9/1/e12/index%2012.html
Regenerasi tulang rawan artikular dapat diperoleh melalui pengiriman gen terapeutik ke sinovium, atau langsung ke lesi tulang rawan. Sel-sel dari lapisan sinovial umumnya lebih disukai sebagai sel target untuk pendekatan chondroprotective, berdasarkan ekspresi anti-inflamasi mediator. Dalam sisa kasus, di mana targetnya adalah cacat tulang rawan, transfer gen dapat dicapai dengan baik dengan meletakkan sumber langsung ke sel yang terletak pada atau di sekitar cacat, atau dengan transplantasi sel chondrogenic genetik dimodifikasi menjadi cacat. Telah ditunjukkan bahwa pengiriman lokal cDNA eksogen encoding faktor pertumbuhan ke tempat kerusakan tulang rawan adalah realistis. Selain itu, faktor pertumbuhan yang diekspresikan pada tingkat terapi di situs tersebut. Hal yang paling menarik adalah bahwa jaringan tulang rawan hialin yang mengalami perbaikan lebih mirip disintesis ketika tingkat ekspresi gen yang memadai tercapai. Ulasan ini menyajikan status terkini dari terapi gen untuk penyembuhan tulang rawan dan menunjukkan peran potensial dalam terapi osteoarthritis.
jurnal lengkapnya bisa di lihat dialamat ini : http://www.jortho.org/2012/9/1/e12/index%2012.html
Minggu, 15 April 2012
Minimally Invasive Surgery (MIS), Computer Assisted Surgery (CAS), & Robotics
Hip replacement (penggantian pinggul) dan knee replacement(penggantian lutut) menggunakan operasi minimal invasif (MIS) metode dengan bantuan komputer dan / atau robotika merupakan hal yang menarik bagi ahli bedah dan pasien. Perbaikan teknik dan instrumentasi bedah memungkinkan ahli bedah saat ini untuk memasukkan pinggul palsu dan sendi lutut menggunakan insisi kulit yang lebih kecil dan trauma bedah yang juga relatif kecil, serta singkatnya waktu yang dihabiskan di rumah sakit. Teknologi ini masih relatif baru dan penelitian sedang berlangsung, sehingga beberapa ahli bedah bertujuan untuk meredam harapan pasien, tetapi permintaan pasien dan harapan yang tinggi pada para ahli bedah menunjukkan bahwa teknik ini sedang semakin dimanfaatkan.
Bedah Invasif Minimal (MIS)
Penelitian dalam ilmu muskuloskeletal telah membawa perubahan revolusioner dalam kemampuan untuk memberikan hidup-mengubah kualitas tinggi prosedur penggantian sendi. Kemajuan terbaru telah diperkenalkan bahan bantalan yang lebih baik untuk mengurangi keausan serta meningkatkan kehidupan diservis. Trend terakhir telah berfokus pada rehabilitasi baik dan manajemen nyeri untuk mempercepat pemulihan pasca-operasi. Mempekerjakan teknik bedah baru untuk mengurangi ukuran sayatan dan kerusakan pada struktur di bawahnya telah menjadi muka utama menuju tujuan ini. Teknik-teknik baru yang dikenal sebagai MIS atau Bedah Invasif Minimal.
Sementara perbaikan ini memiliki keuntungan teoritis nyata, ada beberapa hal yang perlu diingat. Pertama, pada 3 bulan setelah operasi, tampaknya tidak ada perbedaan dalam kenyamanan dan fungsi pasien menjalani operasi konvensional dan mereka memiliki prosedur MIS. Dengan visibilitas yang terbatas yang diberikan kepada ahli bedah, bagaimanapun, teknik MIS memiliki risiko komplikasi meningkat termasuk sub-optimal penempatan perangkat. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan jangka panjang dari penggantian serta jangka pendek fungsi itu.
Computer-Assisted Bedah & Robotika
Robotika: Melalui bantuan komputer operasi, dokter bedah mendapatkan visualisasi 3-D memungkinkan visibilitas yang lebih besar, keselarasan dan keseimbangan korektif dari sendi implan.
Operasi penggantian sendi dengan bantuan Sistem Navigasi membantu meningkatkan hasil prosedur Anda. Sistem memberdayakan ahli bedah untuk memasang komponen akurat implan baru yang khusus untuk anatomi tubuh, berpotensi memberikan Anda:
• Penempatan Lebih tepat implan
• Perluasan kehidupan implan
• posisi bersama Optimal yang mengembalikan mobilitas
• Penurunan kemungkinan operasi revisi
• Lebih cepat pemulihan
• Peningkatan kualitas hidup Anda
Navigasi: Advanced bantuan komputer solusi bedah yang sangat meningkatkan ketelitian dan ketepatan pinggul dan operasi penggantian lutut.
Pikirkan Sistem navigasi sebagai asisten operasi, dokter bedah Anda dengan menyediakan dukungan ekstra dan bimbingan. Sistem ini membantu dokter bedah Anda lebih tepat menyelaraskan implan lutut dengan pencitraan komputer. Yang paling penting, dengan Sistem Navigasi dokter bedah Anda dapat lebih mengoptimalkan keselarasan implan yang sesuai dengan struktur tubuh Anda.
Computer-Assisted Operasi juga memfasilitasi Bedah Invasif Minimal (SIM) karena bertindak sebagai perpanjangan mata dokter bedah dan tangan. Ini membantu ahli bedah beroperasi secara lebih efektif melalui sayatan kecil.
Bedah Invasif Minimal (MIS)
Penelitian dalam ilmu muskuloskeletal telah membawa perubahan revolusioner dalam kemampuan untuk memberikan hidup-mengubah kualitas tinggi prosedur penggantian sendi. Kemajuan terbaru telah diperkenalkan bahan bantalan yang lebih baik untuk mengurangi keausan serta meningkatkan kehidupan diservis. Trend terakhir telah berfokus pada rehabilitasi baik dan manajemen nyeri untuk mempercepat pemulihan pasca-operasi. Mempekerjakan teknik bedah baru untuk mengurangi ukuran sayatan dan kerusakan pada struktur di bawahnya telah menjadi muka utama menuju tujuan ini. Teknik-teknik baru yang dikenal sebagai MIS atau Bedah Invasif Minimal.
Sementara perbaikan ini memiliki keuntungan teoritis nyata, ada beberapa hal yang perlu diingat. Pertama, pada 3 bulan setelah operasi, tampaknya tidak ada perbedaan dalam kenyamanan dan fungsi pasien menjalani operasi konvensional dan mereka memiliki prosedur MIS. Dengan visibilitas yang terbatas yang diberikan kepada ahli bedah, bagaimanapun, teknik MIS memiliki risiko komplikasi meningkat termasuk sub-optimal penempatan perangkat. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan jangka panjang dari penggantian serta jangka pendek fungsi itu.
Computer-Assisted Bedah & Robotika
Robotika: Melalui bantuan komputer operasi, dokter bedah mendapatkan visualisasi 3-D memungkinkan visibilitas yang lebih besar, keselarasan dan keseimbangan korektif dari sendi implan.
Operasi penggantian sendi dengan bantuan Sistem Navigasi membantu meningkatkan hasil prosedur Anda. Sistem memberdayakan ahli bedah untuk memasang komponen akurat implan baru yang khusus untuk anatomi tubuh, berpotensi memberikan Anda:
• Penempatan Lebih tepat implan
• Perluasan kehidupan implan
• posisi bersama Optimal yang mengembalikan mobilitas
• Penurunan kemungkinan operasi revisi
• Lebih cepat pemulihan
• Peningkatan kualitas hidup Anda
Navigasi: Advanced bantuan komputer solusi bedah yang sangat meningkatkan ketelitian dan ketepatan pinggul dan operasi penggantian lutut.
Pikirkan Sistem navigasi sebagai asisten operasi, dokter bedah Anda dengan menyediakan dukungan ekstra dan bimbingan. Sistem ini membantu dokter bedah Anda lebih tepat menyelaraskan implan lutut dengan pencitraan komputer. Yang paling penting, dengan Sistem Navigasi dokter bedah Anda dapat lebih mengoptimalkan keselarasan implan yang sesuai dengan struktur tubuh Anda.
Computer-Assisted Operasi juga memfasilitasi Bedah Invasif Minimal (SIM) karena bertindak sebagai perpanjangan mata dokter bedah dan tangan. Ini membantu ahli bedah beroperasi secara lebih efektif melalui sayatan kecil.
Minggu, 01 April 2012
KONSEP DASAR NUTRISI PARENTERAL
1.1 PENDAHULUAN
Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parentral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal kembali.1
Tehnik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan penuh liku-liku masalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika digunakan dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah sakit. Contoh kesalahan yang masih banyak ditemukan di rumah sakit yaitu Pemberian protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup dan Pemberian cairan melalui vena perifer dimana osmolaritas cairan tersebut lebih dari 900 m Osmol yang seharusnya melalui vena sentral.1,2
Jika krisis katabolisme kecil sedang tubuh mempunyai cukup cadangan tidak timbul masalah apapun. Penderita dewasa mudah sehat dengan status gisi yang baik, dapat menjalani pembedahan, puasa 5-7 hari setelah operasi sembuh dan pulang dengan selamat hanya dengan kerugian penurunan berat badan. Tetapi pada kenyataannya lebih banyak penderita yang kondisi awalnya sudah jelek ( berat bdan kurang, kadar albumin < 3,5 gr/dl), untuk penderita ini puasa puasa pasca bedah / pasca trauma 5-7 hari hanya mendapat infus elektrolit sudah cukup untuk mencetuskan hipoalbuminemia, hambatan penyembuhan luka, penurunan daya tahan tubuh sehingga infeksi mudah menyebar. Sehingga banyak diantara penderita pasca bedah laparotomi karena perforasi ileum (typhus abdominalis), invaginasi, volvulus, atau hernia inkarserata kemudian mengalami kebocoran jahitan usus yang menyebabkan peritonitis atau enterofistula ke kulit . Dengan bantuan nutrisi yang baik penyulit-penyulit fatal ini dapat dihindari.1,3,3,4,5
1.2 KEBUTUHAN CAIRAN
Kebutuhan cairan penderita dewasa pada umumnya sekitar 30-50ml/KgBB/hari, apabila oligouria cairan yang diperlukan 500-600 ml ditambah produksi urine perhari. untuk orang dewasa ( Berat badan 60 kg ). 5,6
1.3 KEBUTUHAN ENERGI
Energi expanditure harus dihitung agar keseimbangan nitrogen yang lebih baik dapat dicapai dan dipertahankan. Metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan energi ada dua cara yaitu dengan rumus Harris-Benedict dan indirect-calorimetry dengan expired gas analysis. 2,5,6,7
Harris-Benedict mengkalkulasikan kebutuhan energy seseorang dalam keadaan istirahat, nonstres, setelah puasa overnight. Pada keadaan metabolic-stress, maka harus dikalikan stress faktor.
Rumus Harris-Benedict.
Pr. BEE = 665 + 9,6 BB + 1,7 TB - 4,7 U
Lk BEE = 66 + 13,7 BB + 5 TB - 6,6 U
BEE à K cal/ hari, BBà kg, TBà cm, U à Thn
Pr. BEE = 665 + 9,6 BB + 1,7 TB - 4,7 U
Lk BEE = 66 + 13,7 BB + 5 TB - 6,6 U
BEE à K cal/ hari, BBà kg, TBà cm, U à Thn
Perhitungan diatas mungkin sulit diaplikasikan maka untuk penggunaan klinis sehari-hari nilai BEE = 25 - 30 k cal/Kg/hari tidak jauh berbeda dengan nilai yang didapat bila kita menggunakan rumus Harris Benedict. 1,5,6,7,8.
Indirect-calorimetry, metode ini memberi hasil yang lebih akurat tetapi oleh karena membutuhkan pemeriksaan laboratorium, teknologi dan mahal maka jarang digunakan untuk perhitungan sehari-hari.
{mospagebreak}
1.4 KARBOHIDRAT SEBAGAI SUMBER ENERGI
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitol, maltose, xylitol 3,4,7.
Keterangan :
i = Insulin
1 = Proses Embden-Meyerhof (glikosis anaerorobik)
2 = Proses Hexose-Monophosphate
3 = Proses Touster
1 = Proses Embden-Meyerhof (glikosis anaerorobik)
2 = Proses Hexose-Monophosphate
3 = Proses Touster
Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak masih memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
- Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
- Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
- Xylitol / maltose : 1,5 gram ?kgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1. 3,4,10,11,12
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
- Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
- Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
- Xylitol / maltose : 1,5 gram ?kgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1. 3,4,10,11,12
{mospagebreak}
1.5 EMULSI LEMAK INTRAVENA
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu. Asam lemak esensial berperan dalam fungsi platelet , penyembuhan luka, sintesa prostaglandin dan immunocompetence. Oleh karena ada keuntungan bila diberikan bersama-sama dengan glukosa sebagai sumber energi dianjurkan 30-40 % dari total kalori diberikan dari lemak. Ada bukti infus lemak merata 24 jam lebih baik dan lebih dipilih dibanding pemberian intermitten. Direkomendasikan untuk tidak memberikan > 60% kalori total diambil dari subtrat lemak. Sebagai pegangan jangan berikan porsi lemak > 2 gr / kg BB /hari. Sebaiknya lakukan pemeriksaan kadar trigliserid plasma sebelum pemberian emulsi lemak intravena sebagai data dasar. 8,9,10,11,12
Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% (1 k cal /ml) dan 20% (2 k cal / ml) dengan osmolalityas 270-340 m Osmol /L sehingga dapat diberikan melalui perifer.
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserid 500 mg/l , Kolesterol 400 mg/l. kontraindikasi relatif : Trigliserid 300-500 mg/l, Kolesterol 300-400 mg/l ganggguan berat faal ginjal dan hepar. 8,9,10,11,12
1.6 SUMBER PROTEIN/ASAM AMINO
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih memerlukan asam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau protein jika diberikan protein 1 gram/kg = 50 gram/hari maka diperlukan karbohidrat (50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.1
1.7 MIKRONUTRIEN
Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari, masing-masing : 1,3,6,7
* Calcium : 0,2-0,3 meq/ kg BB/ hari
* Magnesium : 0,35-0,45 meq/ kg BB/ hari
* Fosfat : 30-40 mmol/ hari
* Zink : 3-10 mg/ hari
* Magnesium : 0,35-0,45 meq/ kg BB/ hari
* Fosfat : 30-40 mmol/ hari
* Zink : 3-10 mg/ hari
1.8 IMMUNONUTRIENT
Perkembangan terbaru dalam tunjangan nutrisi diperkenalkannya immunonutrient.
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah : 24,12
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah : 24,12
- Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
- Fatty acid.
- Nucleotide.
- Fatty acid.
- Nucleotide.
Nutrient-nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran penting dalam proses wound healing, peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi. kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill sangat menurun.2,4,12
Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.2
1.9 REGIMEN ,PENGATURAN DAN RUMATAN NUTRISI PARENTERAL
Pada hari-hari pertama pemberian nutrisi parental, volume, dan konsentrasi larutan nutrisi ditingkatkan secara bertahap (gradual), bergantung pada toleransi tubuh terhadap volume cairan dan konsentrasi glukose yang masuk. 1,2,3,4
A. DENGAN LARUTAN DEXTROSE SAJA 1
NB: Osmolaritas ( 580 + 1100 ) = 840 mOSm ,masih dapat diberikan lewat vena perifer jika diteteskan bersama . Dextrose 20% dapat dicampur dengan Reguler insulin 20 unit/ 500 cc
{mospagebreak}
B DENGAN LARUTAN DEXTOSE DAN ASAM AMINO LEWAT PERIFER 1.
NB: semua sumber substrat menetes bersama 24 jam, melalui vena perifer
C. DENGAN LARUTAN DEXTOSE , ASAM AMINO MELALUI VENA SENTAL 1
2.0 PEMANTAUAN PENDERITA 1,3,4,8,9,10,11
Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila fasilitas ada). Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
1.Darah
a. Darah rutin à pemeriksaan hemaglobin, hemetokrik, leukosit, mula-mula dua kali seminggu selanjutnya sekali seminggu.
b. Gula darah à setiap hari selama seminggu, kemudian dua kali seminggu
c. Protein dan albumin àmula-mula dua kali seminggu, kemudian sekali seminggu.
2.Urine.
Volume urine diukur setiap jam.
Volume urine diukur setiap jam.
2.1 KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN PADA PARENTERAL NUTRISI
1.Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
1.Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori.1 Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.4,5,6,7,8
3.Tidak melakukan perawatan aseptik.
Penyulit tromboplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infus.1,6,7,8
2.2 PENGHENTIAN NUTRISI PARENTERAL.
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang kami anjurkan adalah melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.6,7,8,9,10
2.3 KESIMPULAN
Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna. Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan: “START SLOW GO SLOW- OBSERVE CAREFULLY, TREAT IMMEDIATELY”
Perbaikan dari komposisi subtrat nutrisi, perbaikan tehnik, pengetahuan, skala prioritas dalam support metabolik dan bedside monitor, dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal.
Saat ini ditemukan immunonutrition yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada pasien-pasien critical ill agar supaya outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat rumah sakit dapat diturunkan seperti arginine, glutamine, glycine, (golongan asam amino), fatty acids, nucleotide.
2.4 KEPUSTAKAAN
1. Rahardjo. E : Dukungan Kombinasi Nutrisi Enteral-Parenteral, 2nd Symposium Life Support & Critical Care on Trauma & Emergency Patients. Surabaya. 2002.
2. Arifin. H : Metabolisme dan nutrisi pada Critically Ill : Langkah untuk masa mendatang, Kumpulan makalah pertemuan ilmiah berkala. (PIB) XI IDSAI. Medan. 2002
3. ACCP Consensus Statement. Applied Nutrition in ICU Patients. CHEST 1997; 111:769-78
4. Mustafa I: Present and futute of Immunonutrition, Makalah lengkap KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FKUH- RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makssar 2004.
5. Guideliness on Artifical Nutrition Support. British Society of Gastroenterology, september 1996.
6. Olejnik, J; MrAz, PA. PerioperativeTotal Parental Nutrition All in One and Major Gastrointestinal Surgery. Rozhl Chir 1998; 77:555
7. Poret, HA; Kuds, KA. Perioperative Total Parental Nutrition. Dalam buku : Rombeau, JL; Chadwell, MD; eds, Clinical Nutrition Parenterral Nutrition, 2nd ed. WB Saunders Co. 1993 ; 21 : 409 – 426.
8. Rahardjo. E : Pola Umum Pelaksanaan Nutrisi Parenteral, Simposium Terapi Cairan III, Nutrisi Parenteral, Surabaya. 1992.
9. Rifki, AZ : Bantuan Nutrisi Perioperatif. Simposium Kedokteran Perioperatif II KONAS VI IDSAI. 2001.
10.Rombeau J. Consensus Confrence Report Reviews Evidence on Perioperative Nutritional Support. Scientific American Surgery, 1999; II; 10:20-21.
11.Arifin H : Rational use of Parenteral and Enteral Nutrition for postoperatve and Critically ill Patient,Makalah lengkap KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi intensif FKUH-RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo ,Makassar 2004.
12.S.Sunatrio : Imunonutrisi pada Pasien Sakit Kritis ,The Indonesian Journal of Anaestesiology and Critical Care, Vol 22 No 2 Mei 2004.
Langganan:
Postingan (Atom)